Umat Islam terpecah menjadi 7 golongan besar yaitu:
1. Mu'tazilah, yaitu kaum yang mengagungkan akal pikiran dan bersifat filosofis, aliran ini dicetuskan oleh Washil bin Atho (700-750 M) salah seorang murid Hasan Al Basri.
Mu’tazilah memiliki 5 ajaran utama, yakni :
Tauhid. Mereka berpendapat :
Sifat Allah ialah dzatNya itu sendiri.
al-Qur'an ialah makhluk.
Allah di alam akhirat kelak tak terlihat mata manusia. Yang terjangkau mata manusia bukanlah Ia.
Keadilan-Nya. Mereka berpendapat bahwa Allah SWT akan memberi imbalan pada manusia sesuai perbuatannya.
Janji dan ancaman. Mereka berpendapat Allah takkan ingkar janji: memberi pahala pada muslimin yang baik dan memberi siksa pada muslimin yang jahat.
Posisi di antara 2 posisi. Ini dicetuskan Wasil bin Atha yang membuatnya berpisah dari gurunya, bahwa mukmin berdosa besar, statusnya di antara mukmin dan kafir, yakni fasik.
Amar ma’ruf (tuntutan berbuat baik) dan nahi munkar (mencegah perbuatan yang tercela). Ini lebih banyak berkaitan dengan hukum/fikih.
Aliran Mu’tazilah berpendapat dalam masalah qada dan qadar, bahwa manusia sendirilah yang menciptakan perbuatannya. Manusia dihisab berdasarkan perbuatannya, sebab ia sendirilah yang menciptakannya.
Golongan Mu'tazilah pecah menjadi 20 golongan.
2. Syiah, yaitu kaum yang mengagung-agungkan Sayyidina Ali Kw, mereka tidak mengakui khalifah Rasyidin yang lain seperti Khlifah Sayyidina Abu Bakar, Sayidina Umar dan Sayyidina Usman bahkan membencinya. Kaum ini di sulut oleh Abdullah bin Saba, seorang pendeta yahudi dari Yaman yang masuk islam. Ketika ia datang ke Madinah tidak mendapat perhatian dari khalifah dan umat islam lainnya sehingga ia menjadi jengkel. Golongan Syiah pecah menjadi 22 golongan dan yang paling parah adalah Syi'ah Sabi'iyah.
3. Khawarij, yaitu kaum yang sangat membenci Sayyidina Ali Kw, bahkan mereka mengkafirkannya. Salah satu ajarannya Siapa orang yang melakukan dosa besar maka di anggap kafir. Golongan Khawarij Pecah menjadi 20 golongan.
4. Murjiah.
Al-Murji’ah meyakini bahwa seorang mukmin cukup hanya mengucapkan “Laailahaillallah” saja dan ini terbantah dengan pernyataan hadits bahwa dia harus mencari dengan hal itu wajah Allah, dan orang yang mencari tentunya melakukan segala sarananya dan konsekuensi-konsekuensi pencariannya sehingga dia mendapatkan apa yang dia cari dan tidak cukup hanya mengucapkan saja. Jadi menurut al-murji’ah bahwa cukup mengucapkan “Laailahaillallah” dan setelah itu dia berbuat amal apa saja tidak akan mempengaruhi keimanannya, maka ini jelas bertentangan dengan hadits “dia mencari dengan itu wajah Allah”, maka ini adalah bentuk kesesatan al-murji’ah.
Al-Mu’tazilah dan Al-Khawarij meyakini bahwa seorang yang melakukan dosa-dosa besar kekal didalam api neraka, dan ini terbantah dengan sabda Rasulullah “sesungguhnya Allah mengharamkan atas api neraka orang yang mengucapkan Laailahaillallah”. Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah bahwasanya pengharaman api neraka membakar orang-orang yang mengucapkan “Laailahaillallah” itu ada dua, pertama pengharaman secara mutlak dan ini bagi orang yang mengucapkan “Laailahaillallah” dengan mendatangkan seluruh syarat-syaratnya, konsekuensi-konsekuensinya dan kandungan-kendungannya sehingga dia terlepas dari syirik besar, syirik kecil dan perbuatan-perbuatan dosa besar, kalaupun dia terjatuh kepada perbuatan dosa maka dia bertaubat dan tidak terus menerus diatasnya, maka orang yang sempurna tauhidnya seperti ini diharamkan api neraka untuk membakarnya secara mutlak, yakni dia tidak disentuh oleh api neraka sama sekali. Kemudian yang kedua, yaitu pengharaman yang tidak mutlak dan bersifat kurang, yang dimaksud yaitu pengharaman untuk kekal didalam api neraka, ini bagi orang-orang yang kurang tauhidnya sehingga dia terjatuh kedalam syirik kecil atau dosa-dosa besar yang dia terus menerus didalamnya, maka orang yang demikian ini diharamkan atas api neraka untuk membakarnya dalam jangka waktu yang kekal selama dia belum mengugurkan tauhidnya ketika didunia. Oleh karena itu pendapat al-mu’tazilah dan al-khawarij yang menyatakan bahwa pelaku dosa besar kekal didalam api neraka, ini adalah pendapat yang bertentangan dengan sunnah Rasulullah.
Tidak ada dzikir yang lebih utama didunia ini kecuali “Laailahaillallah”.
Salah satu sebab dikabulkannya doa adalah dengan menggunakan sifat Allah dan nama-Nya, secara khusus memanggil Allah dengan uluhiyah-Nya, meminta dan berdoa kepada Allah dengan menyebutkan rububiyah-Nya.
“Laailahaillallah” merupakan dzikir dan doa, disebut dengan doa karena orang yang mengucapkan “Laailahaillallah” mengharapkan ridha Allah dan ingin sampai kepada surga-Nya.
Golongan Murjiah pecah menjadi 5 golongan.
5. Najariyah, Kaum yang menyatakan perbuatan manusia adalah mahluk, yaitu dijadikan Tuhan dan tidak percaya pada sifat Allah yang 20. Golongan Najariyah pecah menjadi 3 golongan.
6. Al Jabbariyah, Kaum yang berpendapat bahwa seorang hamba adalah tidak berdaya apa-apa (terpaksa), ia melakukan maksiyat semata-mata Allah yang melakukan. Golongan Al Jabbariyah pecah menjadi 1 golongan.
7. Al Musyabbihah / Mujasimah, kaum yang menserupakan pencipta yaitu Allah dengan manusia, misal bertangan, berkaki, duduk di kursi. Golongan Al Musyabbihah / Mujasimah pecah menjadi 1 golongan.
Dan satu golongan yang selamat adalah Ahli Sunah Wal Jama'ah.
Ahli Sunah wal Jama'ah.
1. Pengertian.
Secara etimologi Ahli adalah kelompok/keluarga/pengikut. Sunah adalah perbuatan-perbuatan Rasulullah yang diperagakan beliau untuk menjelaskan hukum-hukum Al Qur'an yang dituangkan dalam bentuk amalan. Al Jama'ah yaitu Al Ummah ( Al Munjid) yaitu sekumpulan orang-orang beriman yang di pimpin oleh imam untuk saling bekerjasama dalam hal urusan yang penting.
Menurut istilah Ahli Sunah wal Jama'ah adalah sekelompok orang yang mentaati sunah Rasulullah secara berjama'ah, atau satu golongan umat islam di bawah satu komando untuk urusan agama islam sesuai dengan ajaran Rasulullah dan para sahabatnya.
2.Syarat terbentuknya Al Jama'ah.
Secara singkat telah diterangkan oleh Sayyidina Umar RA: " Tidak ada islam kecuali dengan jama'ah, Tidak ada jama'ah kecuali dengan imam, Tidak ada imam kecuali dengan Bai'at, Tidak ada bai'at kalau tidak ada taat.
Dan bai'at bukanlah syahadat, sebagaimana yang diyakini oleh mereka yang salah, dan apalagi dengan pengkafiran diluar kelompok tersebut.
3. Terpeliharanya Islam.
Dalam masa-masa kerusakan islam Allah menunjukkan kasih sayangnya dengan membangkitkan para mujadidnya setiap 100 tahun sekali yang meluruskan kembali pemahaman ajaran Rasul sesuai dengan kebutuhan pemahaman mereka saat itu hingga turunnya masa imam Mahdi.
Satu-satunya perbedaan lain yang ditemukan adalah bahwa kedua penulis kadang-kadang menggunakan nama-nama berbeda untuk golongan yang sama yang menjadi jelas ketika melihat kepercayaan-kepercayaan yang berhubungan dengan mereka. Ini saya percaya karena kedua penulis itu bermukim di dua kawasan yang berbeda (satu di Arabia yang lain di anak benua Indo-Pak) dalam masa-masa yang berbeda mungkin juga golongan-golongan yang sama telah dikenal dengan nama-nama berbeda di daerah-daerah yang berbeda.
ini telah di upayakan untuk memasukkan berbagai nama yang diberikan bagi golongan yang sama oleh kedua penulis itu di mana memungkinkan.
Nama Golongan dan Dasar Kepercayaan Yang Membedakan Dengan Yang Lain
1. Jarudiyah
Para pengikut dari Abul-Jarud, mereka mempercayai nabi (s.a.w.) mencalonkan Ali (ra) sebagai Imam dengan ciri-ciri khas beliau tapi bukan dengan nama.
2. Sulaimaniah/ Jaririyah
Para pengikut dari Sulaiman ibnu-Jarir az-Zaidi, mereka mempercayai Imamah merupakan masalah pertemuan (musyawarah) dan dapat dikuatkan oleh dua orang Muslim terbaik.
3. Butriyah/ Hurariyah
Mereka tidak memperselisihkan Khilafat of Utsman(r.a.), tidak pula mereka menyerang beliau atau pun memuji beliau.
4. Yaqubiyyah
Mereka menerima Khilafat dari Abu Bakar(r.a.) dan Umar(r.a.), tapi tidak menolak (menentang) orang-orang yang menolak para Khulafa ini. Mereka juga percaya bahwa orang Muslim pelaku dosa-dosa besar akan berada di neraka selamanya.
5. Hanafiyah
Para pengikut dari Imam Muhammad ibnu al-Hanifah. Mereka percaya bahwa Allah mungkin mempunyai permulaan.
6. Karibiyah
Mereka percaya bahwa Imam Muhammad ibnu al-Hanifah tidak meninggal dan adalah Imam Ghaib (menghilang) dan Mahdi yang diharapkan.
7. Kamiliyah
Para pengikut dari Abu-Kamil. Mereka mempercayai para sahabat sebagai murtad karena mereka meninggalkan bai’at kepada Ali(r.a.) dan mengutuk Ali karena berhenti memerangi mereka. Mereka mempercayai kembalinya orang mati sebelum hari kiamat dan bahwa setan adalah benar dalam kelebihan api dari pada tanah.
8. Muhammadiyyah / Mughairiyah
Para pengikut dari Muhammad ibnu-’Abdullah ibnu al-Hassan. Mereka tidak percaya bahwa Imam Muhammad ibnu ‘Abdullah meninggal dunia dan bahwa beliau adalah Imam Ghaib dan Mahdi yang dinantikan.
9. Baqiriyah
Para pengikut dari Muhammad ibnu ‘Ali al-Baqir. Mereka mempercayai beliau sebagai Imam Ghaib dan Mahdi yang diharapkan.
10. Nadisiyah
Mereka mempercayai bahwa orang-orang yang menganggap diri mereka lebih baik dari pada orang lain adalah kafir (tak beriman).
11. Sya’iyah
Mereka percaya bahwa orang yang telah mengucapkan La Ilaha Illa-Llah (Tiada Tuhan yang patut disembah selain Allah), apa pun yang dia lakukan, tak akan pernah dihukum.
12. Ammaliyah
Mereka percaya bahwa keimanan bagi seseorang adalah apa yang dia amalkan secara ikhlas.
13. Ismailiyah
Mereka mempercayai keberlangsungan Imamah di kalangan keturunan Ismail ibnu Ja’far.
14. Musawiyah / Mamturah
Mereka mempercayai Musa ibnu Ja’far sebagi Imam Ghaib dan Mahdi yang diharapkan.
15. Mubarikiyah
Mereka mempercayai keberlangsungan Imamah di kalangan keturunan dari Muhammad ibnu Ismail ibnu Ja’far.
16. Katsiyah / Itsna ‘Asyariyah (Imam dua belas)
Mereka percaya bahwa Mahdi yang diharapkan akan merupakan Imam kedua belas di antara keturunan dari ‘Ali ibnu Abi-Talib.
17. Hasyimiyah / Taraqibiyah
Mereka menisbahkan tubuh jasmani kepada Allah dan juga menuduh Nabi (s.a.w.) tidak taat kepada Allah.
18. Zarariyah
Mereka mempercayai bahwa Allah tidak hidup tidak pula mempunyai sifat-sifat hingga Dia menciptakan kehidupan bagi-Nya Sendiri dan sifat-sifat-Nya.
19. Yunusiyah
Para pengikut dari Yunus ibnu ‘Abdurl-Rahman al-Kummi. Mereka percaya bahwa Allah dipikul oleh para pembawa singasana-Nya, walaupun Dia lebih kuat dari pada mereka.
20. Syaitaniyah / Syirikiyah
Mereka mempercayai pandangan bahwa amal perbuatan hamba-hamba Allah adalah hakikat; dan seorang hamba Allah dapat benar-benar menghasilkan satu hakikat.
21. Azraqiah
Para pengikut dari Nafi ibnu al-Azraq. Mereka tidak mempercayai mimpi dan kasyaf yang benar (baik) dan mendakwakan bahwa segala bentuk wahyu telah berakhir.
22. Najadat
Para pengikut dari Najdah ibn-’Amir al-Hanafi. Mereka membatalkan hukuman bagi peminum arak juga mereka mempercayai bahwa para pendosa dari golongan ini tidak akan dimasukkan di neraka tapi pada suatu tempat lain sebelum diizinkan ke surga.
23. Sufriyah
Para pengikut dari Ziyad ibnu al-Asfar. Mereka mempercayai bahwa para pendosa itu sebenarnya adalah musyrik.
24. Ajaridah
Para pengikut dari Abdul Karim ibnu-Ajrad. Mereka mempercayai bahwa seorang anak seharusnya diseru kepada Islam sesudah ia mencapai kedewasaannya. Juga mereka mempercayai rampasan perang itu haram hingga pemiliknya dibunuh.
25. Khazimiyah
Mereka mempercayai Allah mencintai manusia dari semua agama bahkan jika orang telah menjadi kafir pada sebagian besar kehidupannya.
26. Shuaibiyah / Hujjatiyah
Mereka mempercayai bahwa apa yang Allah kehendaki sungguh terjadi tak peduli apa pun itu dan apa yang tidak terjadi artinya itu tidak dikehendaki Allah.
27. Khalafiyah
Para pengikut dari Khalaf. Mereka tidak mempercayai perjuangan kecuali di bawah kepemimpinan seorang Imam.
28. Ma’lumiyah / Majhuliyah
Mereka percaya bahwa barang siapa yang tidak mengenal Allah dengan seluruh nama-Nya adalah jahil terhadap Dia dan orang yang jahil terhadap Dia adalah orang kafir.
29. Saltiyah
Para pengikut dari Salt ibnu Utsman. Mereka percaya pada keimanan dewasa saja dan jika bapak telah masuk Islam anak-anak dianggap kafir hingga mereka mencapai kedewasaan.
30. Hamziyah
Para pengikut dari Hamzah ibnu Akrak. Mereka percaya bahwa anak-anak orang musyrik dilaknat dengan neraka.
31. Tsa’libiyah
Para pengikut dari Tsa’labah ibnu Masykan. Mereka percaya bahwa para orang tua tetap menjadi penjaga atas anak-anak mereka hingga anak-anak itu menjelaskan kepada orang tua mereka bahwa mereka berpaling dari kebenaran.
32. Ma’badiyah
Mereka tidak percaya dalam mengambil dan memberikan sedekah dari atau untuk para hamba sahaya.
33. Akhnasiyah
Mereka tidak mempercayai peperangan dikobarkan kecuali dalam pertahanan atau ketika lawan dikenali secara pribadi.
34. Syaibaniyah / Masybiyah
Para pengikut dari Syaiban ibnu Salamah al-Khariji. Mereka mempercayai Allah menyerupai makhluk-makhluk-Nya.
35. Rasyidiyah
Mereka percaya bahwa tanah yang diairi dengan mata air, terusan atau sungai yang mengalir harus dibayarkan zakatnya setengah bagian, sedangkan tanah yang diairi hanya dengan hujan harus dibayarkan zakat seluruhnya.
36. Mukarramiyah / Tehmiyah
Para pengikut dari Abu-Mukarram. Mereka percaya bahwa kejahilan merupakan kekafiran. Juga bahwa permusuhan atau persahabatan dari Allah tergantung pada keadaan keimanan seseorang pada kematiannya.
37. Ibadiyah / Af’aliyah
Menganggap Abdullah ibnu Ibad sebagai Imam mereka. Mereka mempercayai amal-amal baik yang dilakukan tanpa niat membuat Allah ridha.
38. Hafsiyah
Menganggap Hafs ibnu abil Mikdam sebagai Imam mereka. Mereka percaya bahwa hanya Allah yang mengetahui seseorang bebas dari kemusyrikan.
39. Haritsiyah
Para pengikut dari Harits ibnu Mazid al-Ibadi. Mereka percaya bahwa kemampuan mendahului perbuatan-perbuatan.
40. Ashab Ta’ah
Mereka percaya bahwa Allah dapat mengutus seorang nabi tanpa memberinya suatu tanda untuk membuktikan kebenarannya.
41. Syabibiyah / Salihiyah
Para pengikut dari Syabib ibnu Yazid as-Syaibani. Mereka mempercayai Imamah dari seorang wanita bernama Ghazalah.
42. Wasiliyah
Para pengikut dari Wasil ibnu-’Ata al-Ghazza. Mereka mempercayai bahwa orang-orang yang melakukan dosa-dosa besar akan dihukum di neraka tapi masih tetap sebagai orang-orang yang beriman.
43. ‘Amriyah
Para pengikut dari ‘Amr ibnu Ubaid ibn-Bab. Mereka menolak kesaksian yang sah dari khalayak umum demi mendukung pihak mereka dalam perang Jamal (unta).
44. Hudhailiyah / Faniyah
Para pengikut dari Abu-al-Hudhail Muhammad ibnu al-Hudhail. Mereka percaya bahwa neraka dan surga kedua-duanya akan binasa dan bahwa ketetapan Allah dapat berhenti, yang pada waktu itu Allah tidak akan lagi menjadi penguasa.
45. Nazzamiyah
Para pengikut dari Abu-Ishaq Ibrahim ibn-Saiyar. Mereka tidak percaya pada mukjizat alami Al-Qur-an Suci tidak pula mereka mempercayai mukijzat Nabi Suci(s.a.w.) seperti pembelahan bulan.
46. Mu’ammariyah
Mereka mempercayai bahwa Allah tidak menjadikan kehidupan tidak pula kematian tapi itu merupakan tindakan alami dari tubuh yang hidup.
47. Basyriyah
Para pengikut dari Basyr ibnu al-Mu’tamir. Mereka percaya bahwa Allah mungkin mengampuni dosa-dosa manusia dan mungkin mengubah keputusan tentang pengampunan-Nya dan menghukumnya jika dia membangkang lagi.
48. Hisyamiyah
Para pengikut dari Hisyam ibnu ‘Amr al-Futi. Mereka percaya bahwa jika satu masyarakat Muslim bersepakat perlunya Imam dan jika ia memberontak dan membunuh Imam, hendaknya tak seorang pun yang dipilih sebagai Imam selama pemberontakan.
49. Murdariyah
Para pengikut dari Isa ibnu Sabih. Mereka percaya bahwa berhubungan dekat dengan Sultan (penguasa) membuat orang jadi kafir.
50. Ja’friyah
Para pengikut dari Ja’far ibnu Harb dan Ja’far ibnu Mubasysyir. Mereka percaya bahwa minum arak tak dapat dihukum dan bahwa hukuman neraka dapat diduga dengan proses mental.
51. Iskafiyah
Para pengikut dari Muhammad ibnu Abdallah al-Iskafi. Mereka percaya bahwa Allah mempunyai kekuasaan untuk memaksa anak-anak dan orang-orang gila tapi tidak kepada orang-orang yang mempunyai akal sempurna.
52. Tsamamiyah
Para pengikut dari Tsamamah ibnu Asyras al-Numairi. Mereka percaya bahwa dia yang Allah tidak paksa untuk mengenal-Nya, tidak dipaksa untuk mengenal dan digolongkan dengan hewan-hewan yang tidak bertanggung jawab.
53. Jahiziayh
Para pengikut dari ‘Amr ibnu Bahr al-Jahiz. Mereka percaya bahwa Allah dapat menciptakan sesuatu tapi tak dapat melenyapkannya.
54. Syahhamiyah / Sifatiyah
Para pengikut dari Abu-Yaqub al-Syahham. Mereka percaya setiap sesuatu ditakdirkan dengan dua takdir, satu Pencipta dan yang lain penerima.
55. Khaiyatiyah / Makhluqiyah
Para pengikut dari Abu-al-Husain al-Khaiyat. Mereka percaya bahwa setiap sesuatu yang tidak ada merupakan satu tubuh sebelum ia muncul, seperti manusia sebelum kelahiranya adalah tubuh dalam ketiadaan. Juga setiap sifat menjadi ada ketika ia mengadakan kemunculannya.
56. Ka’biyah
Para pengikut dari Abu-Qasim Abdullah ibnu Ahmad ibnu Mahmud al-Banahi dikenal sebagai al-Ka’bi. Mereka percaya bahwa Allah tidak melihat Diri-Nya Sendiri tidak pula orang lain kecuali dalam perasaan bahwa Dia mengetahui Diri-Nya Sendiri dan yang lain.
57. Jubbaiyah
Para pengikut dari Abu-’Ali al-Jubbai. Mereka percaya bahwa Allah mengikuti hamba-hamba-Nya ketika Dia memenuhi keinginan mereka.
58. Bahsyamiyah
Para pengikut dari Abu-Hasyim. Mereka percaya bahwa orang yang berniat untuk berbuat buruk, walau dia mungkin tidak melakukannya, dianggap berbuat jahat dan menerima hukuman.
59. Ibriyah.
Mereka percaya bahwa Nabi Suci Muhammad (s.a.w.)adalah seorang bijak tapi bukan seorang nabi.
60. Muhkamiyah
Mereka percaya bahwa Tuhan tak punya kendali atas makhluk-makhluk-Nya.
61. Qabariyyah
Mereka tidak percaya azab kubur.
62. Hujjatiyah
Mereka tidak percaya pada hukuman (balasan) bagi perbuatan atas dasar bahwa karena setiap sesuatu ditakdirkan maka apa pun yang orang lakukan dia tidak bertanggung jawab untuk itu.
63. Fikriyyah
Mereka percaya bahwa amal Dzikr and Fikr (ingat dan berpikir tentang Allah) adalah lebih baik dari pada ibadah.
64. ‘Aliwiyah / Ajariyah
Mereka percaya bahwa Hadhrat Ali(ra.) berbagi kenabian dengan Muhammad (s.a.w.).
65. Tanasikhiya
Mereka percaya pada penitisan ruh.
66. Raji’yah
Mereka percaya bahwa Hadhrat Ali ibnu Abi-Talib akan kembali ke dunia ini.
67. Ahadiyah
Mereka percaya pada Fardhu (wajib) dalam agama tapi menolak sunnah.
68. Radidiyah
Mereka percaya bahwa dunia ini akan hidup (ada) selamanya.
69. Satbiriyah
Mereka tidak percaya pada penerimaan taubat.
70. Lafziyah
Mereka percaya bahwa Al-Qur-an adalah bukan kalam Tuhan tapi hanya artinya dan inti sarinya adalah kalam Tuhan. Kata-kata dari Al-Qur-an adalah hanya perkataan orang yang menuturkan.
71. Asyariyah
Percaya bahwa Qiyas (mengambil misal) adalah salah dan mengandung kekafiran.
72. Bada’iyah
Mereka percaya bahwa taat kepada Amir adalah wajib tak peduli apa pun yang dia perintahkan.
Adapun untuk pembagianya sebagai berikut
1. Mu'tazilah :20
2. Syiah : 20
3. Khawarij : 07
4. Murjiah : 05
5. Nujariyah : 03
6. Jabariyah : 01
7. Musyabbahah : 01
8. Najiyah : 01
1.Golongan Muktazilah
terbagi menjadi dua puluh kelompok , iaitu:
1. Al Washiliyah
2. Al Amriyah
3. Al Hudzailiyah
4. An-Nizhamiyah
5. Al Aswariyah
6. Al lskafiyah
7. Al Ja'fariyah
8. Al Basyariyah
9. Al Mizdariyah
10. Al Hisyamiyah
11. Ash-Shalihiyah
12. Al Khithabiyah
13. Al Hadbiyah
14. Al Ma'mariyah
15. Ats-Tsamaniyah
16. Al Khiyathiyah
17. Auahiziyah
18. Al Ka'biyyah
19. Al Jabaiyah
20. Al Bahsyamiyah
Ahli Kalam (Mutakallimin)
Ahli kalam ialah golongan dari kelompok yang keluar dari Muktazilah yang mengikuti Ahlu Sunah Wal Jamaah tetapi masih berpegang kepada tauhid Muktazilah. Mereka kebanyakannya dari kelompok hizbiyyun Asyairah (berasal dari Muktazilah) dan Suffiyah (berasal dari Syiah). Ahli-ahli Kalam memerlukan falsafah dan mantiq (ilmu logik) dalam mentakwil al-Quran dan hadis. Kelompok ini pula berpecah lagi menjadi ahli falsafah apabila bergabung dengan sufi.
Imam Syafi’i ketika memasuki kota Mesir mengatakan, “Kami tinggalkan kota Baghdad sementara di sana kaum zindiq (menyeleweng; aliran yang tidak percaya kepada Tuhan, berasal dari Persia; orang yang menyelundup ke dalam Islam, berpura-pura –menurut Leksikon Islam, 2, hal 778) telah mengadakan sesuatu yang baru yang mereka namakan assama’ (nyanyian).
Kaum zindiq yang dimaksud Imam Syafi’i adalah orang-orang sufi. Dan assama’ yang dimaksudkan adalah nyanyian-nyanyian yang mereka dendangkan. Sebagaimana dimaklumi, Imam Syafi’i masuk Mesir tahun 199H.
Perkataan Imam Syafi’i ini mengisyaratkan bahwa masalah nyanyian merupakan masalah baru. Sedangkan kaum zindiq tampaknya sudah dikenal sebelum itu. Alasannya, Imam Syafi’i sering berbicara tentang mereka di antaranya beliau mengatakan:
“Seandainya seseorang menjadi sufi pada pagi hari, maka siang sebelum dhuhur ia menjadi orang yang dungu.”
Dia (Imam Syafi’i) juga pernah berkata: “Tidaklah seseorang menekuni tasawuf selama 40 hari, lalu akalnya (masih bisa) kembali normal selamanya.” (Lihat Talbis Iblis, hal 371).
Di antaranya ketika seseorang datang kepadanya sambil meminta fatwa tentang perkataan Al-Harits Al-Muhasibi (tokoh sufi, meninggal 857M). Lalu Imam Ahmad bin Hanbal berkata:
“Aku nasihatkan kepadamu, janganlah duduk bersama mereka (duduk dalam majlis Al-Harits Al-Muhasibi)”.
Imam Ahmad memberi nasihat seperti itu karena beliau telah melihat majlis Al-Harits Al-Muhasibi. Dalam majlis itu para peserta duduk dan menangis –menurut mereka– untuk mengoreksi diri. Mereka berbicara atas dasar bisikan hati yang jahat.
2.Golongan Syiah
pertama kali terbagi menjadi tiga kelompok
1. Ghulah
2. Zaidiyah
3. Imamiyah
terbagi menjadi delapan belas kelompok kecil, iaitu:
Golongan Syiah Al Ismailiyah
terbagi menjadi ke dalam enam kelompok kecil, iaitu:
terbagi menjadi tiga kelompok, iaitu:
Golongan Al Imamiyah
Hanya ada satu kelompok. Di antaranya: Suatu kaum terlalu mengagungkan para guru (syaikh) mereka, hingga menyifatkan mereka dengan hal-hal yang tidak mereka miliki. Orang pandai dari mereka menganggap tidak ada wali bagi Allah yang lebih besar daripada fulan, bahkan mungkin menutup pintu kewalian dari seluruh umat kecuali orang yang disanjungnya. Ini adalah kebatilan mutlak dan keji, kerana orang-orang terakhir selamanya tidak akan mencapai martabat orang-orang terdahulu, sebab sebaik-baik zaman adalah zaman orang-orang yang melihat Rasulullah dan beriman kepadanya, kemudian orang-orang setelahnya, dari ini berlalu sampai Hari Kiamat.
Pemeluk Islam yang paling kuat memegang agama serta melaksanakan ajaran dan keyakinan adalah orang-orang pada masa awal Islam, kemudian terus menurun sedikit demi sedikit sampai akhir dunia. Kebenaran tidak akan hilang secara menyeluruh, pasti ada kelompok yang tetap melaksanakan dan meyakininya serta mengerjakan tuntutannya sesuai kadar keimanan mereka. Tetapi, segala sisinya tidak seperti keadaan orang-orang pertama Islam, kerana seandainya salah seorang dari orang-orang terakhir berinfak emas sebesar gunung Uhud, maka ia tidak akan mencapai nilai satu mud Uhud yang dikeluarkan oleh sahabat Rasulullah, bahkan setengahnya pun tidak. Yang demikian dalam hal harta, dan begitu pula pada seluruh cabang keimanan berdasarkan bukti percobaan yang biasa.
Pada awal kitab yang lalu telah dijelaskan bahawa agama akan terus merosot, dan hal ini tidak diragukan lagi keasliannya. Hal ini menurut Ahlus-Sunnah wal Jamaah. Laki, mengapa setelah itu ia berkeyakinan bahawa dirinya adalah wali penghuni bumi dan tidak ada wali selainnya? Kebodohanlah yang mendominasi, kerana berlebih-lebihan dalam pengagungan dan fanatik terhadap golongan akan membentuk orang sepertinya atau lebih parah darinya.
Orang menengah dari mereka menganggap bahawa ia sama dengan Nabi, akan tetapi ia tidak mendapatkan wahyu. Sebuah berita sampai kepadaku dari kalangan orang yang berlebih-lebihan dalam menyanjung guru mereka dan mengusung tarekatnya menurut persangkaan mereka, seperti yang didakwa oleh murid-murid Al Hallaj (secara objektif) tentang guru mereka. Sementara orang-orang yang berlebih-lebihan menganggap lebih keji dari itu, seperti yang didakwa sahabat-sahabat Al Hallaj tentangnya.
Salah seorang guru yang adil dan jujur dalam penukilan meriwayatkan kepadaku, ia berkata: Aku pernah tinggal beberapa masa pada salah satu pedalaman desa yang di dalamnya terdapat banyak kelompok yang seperti itu. Suatu hari aku keluar dari rumahku untuk menyelesaikan beberapa urusan, lalu aku melihat dua orang sedang duduk. Aku mengira keduanya sedang membicarakan beberapa cabang tarekat mereka, maka aku mendekati keduanya secara sembunyi-sembunyi untuk mendengar percakapan mereka, —kerana kebiasaan mereka adalah menyembunyikan rahsia mereka— maka aku mendengar keduanya berbicara tentang guru mereka dan kebesarannya di mata mereka; bahawa tidak ada seorang pun di dunia ini yang sepertinya. Keduanya terlihat sangat bangga dan bahagia dengan pertemuan ini. Kemudian salah seorang dari keduanya berkata kepada yang lain, "Apakah kamu suka kebenaran? Ia adalah nabi." Orang yang satunya menjawab, "Benar, inilah kebenaran." Lalu aku pergi dari tempat itu dengan berlari kerana takut akan turunnya bencana bersama mereka.
Ini adalah ciri Syi'ah Imamiyyah, dan seandainya tidak kerana sikap berlebih-lebihan dalam agama; bersekongkol untuk memenangkan mazhab dan cinta terhadap pembuat bid'ah, maka hal itu tidak akan mempengaruhi akal seorang pun. Akan tetapi Nabi bersabda,
"Sungguh kalian akan mengikuti sunah-sunah umat sebelum kalian sejengkal demi sejengkal, lalu sehasta demi sehasta."
Mereka berlebih-lebihan seperti orang-orang Nasrani yang berlebih-lebihan terhadap Isa AS, mereka berkata, 'Sesungguhnya Allah adalah Isa bin Maryam,' maka Allah berfirman, 'Katakanlah, 'Hai Ahli Kitab, Janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus. "(Al Maa' idah: 77)
Dalam sebuah hadits dijelaskan,
"Janganlah kalian berlebih-lebihan memujiku seperti orang-orang Nasrani memuji Isa bin Maryam, tapi katakanlah, 'Hamba Allah dan utusan Allah'."
Orang yang memperhatikan kelompok-kelompok ini pasti akan mendapatkan bid'ah-bid'ah dalam banyak masalah furu 'syariah, kerana apabila bid'ah masuk pada hal-hal yang bersifat ushul, maka akan mudah masuk pada hal-hal yang bersifat furu'.
3.Golongan Khawarij
terbagi menjadi tujuh kelompok, iaitu:
1. Al Mahkamiyah
2. Al Baihasiyah
3. Al Azariqah
4. An-Najdat
5. Al Abadhiyah
terbagi menjadi empat kelompok, iaitu:
6. Al Ajaridah
terbagi menjadi sebelas kelompok, di antaranya iaitu:
Ats-Tsa'labiyah terbagi lagi menjadi empat kelompok, iaitu:
Jadi, semuanya berjumlah enam puluh dua kelompok.
4.Golongan Murjiah
terbagi menjadi lima kelompok, iaitu:
1. Al Ubaidiyah
2. Al Yunusiyah
3. Al Ghasaniyah
4. Ats-Tsaubaniyah
5. Ats-Tsaumaniyah
5.Golongan An-Nujariyah
terbagi menjadi tiga kelompok, iaitu:
1. Al Barghutsiyah
2. Az-Za'faraniyah
3. Al Mustadrakah
6.Al Jabariyah
terbagi menjadi satu kelompok.
7.Al Musyabbahah
terbagi menjadi satu kelompok.
8.An- Najiyah
Terbagi menjadi satu klompok
Jumlah ini sesuai dengan penjelasan dalam hadis shahih.
Puak Bid’ah Tegar (Mubtadi)
Sekelompok ulama mengatakan bahawa akar bid'ah ada empat golongan selain sufiyyah. Seluruh kelompok yang berjumlah tujuh puluh dua kelompok ini merupakan pecahan dari empat golongan tersebut. Mereka adalah
1. Khawarij,
2. Rawafidh (Rafidhah),
3. Al Qadariyah, dan
4. Al Murji'ah.
5. Sufi
Yusuf bin Asbath berkata, "Kemudian masing-masing kelompok tersebut terpecah menjadi delapan belas kelompok, sehingga semuanya menjadi tujuh puluh dua kelompok. Sedangkan kelompok yang ketujuh puluh tiga adalah Firqah An-Najiyah."
Khawarij Paling Hampir Dengan Syiah
Pada kelompok yang telah diperingatkan oleh syariat, seperti kaum Khawarij. Kelompok yang paling dekat dengan mereka adalah kelompok Syiah. Al Mahdi Al Maghribi. Pada mereka ini tampak jelas dua hal yang diberitahukan oleh Rasulullah mengenai kaum Khawarij:
a. Membaca Al Qur’an namun bacaan Al Qur’annya tidak melewati kerongkongan mereka.
b. Memerangi ahlul Islam (kaum Muslim) dan membiarkan para penyembah berhala. Mereka memerangi kaum Muslim dengan cara takwilan yang rosak terhadap nash-nash (Al Qur’an dan hadis). Mereka mengasingkan diri dan tidak mahu memerangi orang-orang kafir, baik dari kaum Nasrani, kelompok yang ada di sekitarnya, mahupun kelompok lainnya (yang sesat).
c. Membaca Al Qur’an dan membacakannya (kepada orang lain) hingga mereka membuat hal-hal (hukum) baru dalam Al Qur’an, padahal mereka tidak memahaminya dan tidak mengetahui maksud dari ajaran Al Qur’an tersebut. Oleh kerana itu, mereka membuang jauh-jauh kitab-kitab para ulama dan menyebut kitab-kitab tersebut sebagai kitab yang hanya berdasarkan logika. Mereka membakar dan merobek kulit Al Qur’an. Padahal, para ulama ahli fiqihlah yang bertugas menjelaskan makna-makna yang terdapat dalam Al Qur’an dan Sunnah, yang mereka tuangkan dalam kitab-kitab mereka dengan cara yang sepatutnya.
d. Menganggap para ulama sebagai kaum Mujassimun (kelompok yang mengatakan bahawa Allah memiliki jism [tubuh]). Mereka juga menganggap ulama-ulama bukanlah orang-orang yang mengesakan Allah.
Puak Bukan Ahli Bid’ah
Seperti yang dikatakan oleh Ath-Tharthusyi, mereka yang tidak digolongkan sebagai ahli bid'ah. Contoh:
1. Golongan Qadariyah, mereka menafikan aradh. Alasannya, tidak ada cara untuk mengetahui proses terjadinya alam dan Sang Pencipta selain dengan menetapkan aradh tersebut.
2. Golongan Al Haluliyah.
3. Golongan An-Nashiriyah.
4. Kelompok-kelompok Syiah Ghulah.
Tentang kaum Qadariyah terdapat sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Ibnu Umar, bahawa Rasulullah bersabda,
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْقَدَرِيَّةُ مَجُوسُ هَذِهِ الْأُمَّةِ إِنْ مَرِضُوا فَلَا تَعُودُوهُمْ وَإِنْ مَاتُوا فَلَا تَشْهَدُوهُمْ
"Kaum Qadariyah merupakan Majusi umat ini (Islam). Jika mereka sakit maka janganlah kalian menjenguk mereka, dan jika mereka meninggal dunia maka janganlah kalian menyaksikan (menguburkan)nya." (Hadis Riwayat Abu Daud dan Ibnu Majah)
Diriwayatkan dari Hudzaifah, bahawa Rasulullah bersabda,
"Pada setiap umat terdapat kaum Majusi. Sedangkan Majusi umat ini adalah mereka yang berkata, 'Tidak ada qadr. 'Jika ada di antara mereka yang meninggal dunia, maka janganlah kalian menyaksikan (menguburkan) jenazah mereka. Jika ada yang sakit dari mereka, maka janganlah kalian menjenguknya. Mereka adalah kelompok Dajjal. Hak Allah untuk mengkategorikan mereka sebagai Dajjal."
Hadis ini menurut ahlu naql {ahli hadis) tidak shahih. Penulis kitab Al Mughni berkata, "Tidak ada yang shahih sedikit pun dalam hadis itu."
صِنْفَانِ مِنْ أُمَّتِي لَيْسَ لَهُمَا فِي الْإِسْلَامِ نَصِيبٌ الْمُرْجِئَةُ وَالْقَدَرِيَّةُ
"Dua kelompok dari ummatku yang keduanya tidak termasuk bahagian dari Islam iaitu Al Qadariyah dan Murji'ah." (Hadis Riwayat Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Diriwayatkan dari Muadz bin Jabal dan yang lain secara marfu bahawa Rasulullah bersabda,
" Golongan Qadariyah dan Murjiah dilaknat oleh lisan tujuh puluh nabi. Nabi yang terakhir di antara mereka (yang melaknat) adalah Muhammad."
يَقُولُ إِنَّهُ سَيَكُونُ فِي أُمَّتِي مَسْخٌ وَقَذْفٌ وَهُوَ فِي الزِّنْدِيقِيَّةِ وَالْقَدَرِيَّةِ
Akan ada pada umatku Maskh (mereka yang dirubah rupanya dengan rupa haiwan) dan Qadzaf (yang menuduh orang baik berbuat keji) iaitu pada orang-orang Zindik dan Qadariyah." (Hadis Riwayat Ahmad)